POSTER WARS

A lot of posters stacked at every 'empty place' around our town. They have a lot of kind poster: promotional, music show, cigarette, etc. Every day / weeks a lot of new poster stacked at an 'old posters'. So, I called this "POSTERS WARS".

Selasa, 21 Juni 2011

Poster Iklan vs Grafitti dan Mural


Today I found a note about 'Poster Iklan' (Advertisement Poster) versus Mural or Graffiti at a MULTIPLY account, here.

Ini tulisan Mr. Imam :

Memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Bila terlanjur selalu mencap negatif, maka graffiti yang bagus dan berestetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila selalu berpikir pada sisi positifnya, maka graffiti bisa berpotensi sebagai pemandangan kota. --Pinky Saptandari--

Perdebatan mengenai graffiti sebagai karya seni yang memperindah atau hanya coretan yang mengotori kota akan lebih menarik jika mengetahui apa sebenarnya yang menjadi memotivasi seorang bomber melakukan aksinya.

Obed Bima Wicandra dan Sophia Novita Angkadjaja, dosen jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kresten (UK) Petra, melakukan penelitian untuk menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam melakukan aktifitasnya membuat graffiti. Penelitian difokuskan pada graffiti yang ada di Surabaya dan terbatas pada graffity artistik saja.

Dari wawancara terhadap bomber dari Surabaya dan sebagian Jakarta terungkap bahwa motivasi utama ngebom adalah untuk memperindah kota selain juga untuk menunjukkan jati diri mereka. Mereka juga menganggap kegiatan ngebom adalah kegitan yang positif dibanding mabuk-mabukan atau mengkonsumsi narkoba.

"Daripada mabuk-mabukan maupun beli narkoba mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol," kata salah seorang bomber yang menjadi informan.

Mereka juga mengungkapkan bahwa ngebom jauh dari vandalisme. Dalam graffiti tidak ada aktifitas merusak, menggempur maupun membongkar tembok, ngebom justru memberi kesan indah dengan sentuhan artistik untuk pada tembok. Lokasi ngebom pun tidak sembarangan, tidak asal ngebom.

Sasaran utama ngebom adalah tembok yang tidak terawat. Definisi tembok yang tidak terawat menurut mereka adalah tembok yang dibiarkan kumuh dan banyak tempelan poster dan iklannya. Tembok yang warna catnya sudah memudar dan banyak ditumbuhi lumut. Tembok yang dibiarkan rusak. Dan tembok di tempat-tempat strategis yang dibiarkan apa adanya sehingga menjadi sasaran empuk poster iklan dan pamflet.

Musuh mereka adalah poster iklan dan pamflet yang ditempel sembarangan dan semrawut. Juga bomber yang hanya meninggalkan coretan (tagging) yang memperburuk citra graffiti di masyarakat.

Menurut Pinky Saptandari, seorang antropolog dan Sekretaris Jendral Dewan Kota Surabaya, kegiatan ngebom sebenarnya tidak perlu dilarang sepanjang tidak dilakukan di tempat-tempat yang tidak semestinya misalnya cagar budaya seperti candi, tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Pinky juga berpendapat, bentuk-bentuk iklan yang terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih buruk pemandangannya daripada graffiti.

Semangat memperindah wajah kota dan melindungi tempat umum dari serangan poster iklan dan pamflet inilah yang berpotensi menjadikan graffiti bukan sebagai sampah visual yang mengotori kota. Akan lebih bagus lagi bila graffiti mampu berinteraksi dengan lingkungan, peka terhadap kondisi sosial dan mampu menunjukkan karakter budaya setempat.

At a fabric - Ngeni, Waru, Sidoarjo







Poster-poster "URBAN MILD" tertempel di dinding sebuah pabrik (kosong?) di daerah Ngeni, Waru, Sidoarjo. Aku selalu takjub dan kagum dengan tulisan yang mereka buat, kontradiksi dengan racun yang ada pada rokok : "Bukan soal pekerjaan-nya, yang penting prestasinya!"

(Some "URBAN MILD" posters stacked at a fabric (may be empty fabric) located at Ngeni - Waru - Sidoarjo City. I always amazed with the slogan which always conflict with the cigarette's poison --> No matter what your job, your quality are most important!" How can we have our quality with those cigarettes?)